Dalam Islam, saling menasihati merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap sesama. Namun, di zaman sekarang, sering kali kita temui orang yang justru merasa tersinggung atau bahkan membenci seseorang yang memberikan nasihat kepadanya. Fenomena ini bertentangan dengan prinsip akal sehat dan ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam Ta’liq ‘ala Iqtidha’ Ash-Shirath Al-Mustaqim, 1/279.
Mencintai Orang yang Menunjukkan Kebaikan
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
كلُّ مَن أحسَنَ إليك -ولا سِيَّما في: الدِّين، والنصيحةِ، والأمرِ بالمعروف، والنهيِ عن المنكر- فإنَّ هذا: يَقتضي منكَ أن تُحِبَّهُ وتَوَدَّهُ
"Setiap orang yang berbuat baik kepadamu—terutama dalam hal agama, nasihat, amar ma’ruf, dan nahi mungkar—maka hal ini mengharuskanmu untuk mencintai dan menyayanginya."
Dalam Islam, seorang Muslim diperintahkan untuk mencintai saudaranya karena Allah, terutama jika saudaranya itu telah berbuat baik kepadanya, baik dalam bentuk bimbingan agama, nasihat yang tulus, maupun peringatan terhadap kesalahan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah ﷺ:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga Persahabatan Sejati dalam Islam: Menjaga Teman di Kehidupan dan Kematian
Fenomena Menolak Nasihat dan Membenci Pemberi Nasihat
Syaikh Ibnu Utsaimin juga menyebutkan fenomena yang terjadi di kalangan sebagian orang:
خِلافًا لِما يفعل بعضُ الناس الآنَ إذا أنتَ أمرتَه بالمعروف ونَهَيْتَه عن المنكَر، أو دعَوْتَه إلى خير، أو أرشدتَه إلى هُدًى- فإنَّه قد يَحمل في قلبه عليكَ بُغضًا!
"Berbeda dengan sebagian orang saat ini, jika engkau memerintahkannya kepada kebaikan, melarangnya dari kemungkaran, mengajaknya kepada kebaikan, atau membimbingnya menuju petunjuk, justru dia menyimpan kebencian terhadapmu dalam hatinya!"
Fenomena ini merupakan tanda lemahnya iman dan jauhnya seseorang dari ajaran Islam. Padahal, seseorang yang menasihati kita adalah orang yang ingin kebaikan bagi kita. Allah ﷻ berfirman:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Adz-Dzariyat: 55)
Seorang mukmin seharusnya menerima nasihat dengan lapang dada dan bersyukur atas peringatan tersebut.
Nasihat Adalah Tanda Kasih Sayang
Menolak nasihat dan membenci pemberi nasihat merupakan sikap yang bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menegaskan:
وهذا: خِلافُ العقل، وخِلافُ الدِّين
"Ini bertentangan dengan akal sehat dan juga bertentangan dengan agama."
Seorang Muslim sejati akan menyambut nasihat dengan hati terbuka, karena ia memahami bahwa nasihat adalah bentuk kasih sayang dari saudaranya. Rasulullah ﷺ bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
"Agama adalah nasihat." (HR. Muslim)
Kesimpulan
Dari perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:
- Mencintai orang yang memberi nasihat adalah bagian dari keimanan dan tanda hati yang bersih.
- Menolak nasihat dan membenci pemberi nasihat bertentangan dengan ajaran Islam dan akal sehat.
- Nasihat adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian dalam Islam yang seharusnya disambut dengan lapang dada.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mudah menerima nasihat dan selalu mencintai kebaikan. Aamiin.
