Pentingnya Akal dalam Islam
Akal merupakan anugerah besar dari Allah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam Raudhatul Uqola, Ibnu Hibban menekankan bahwa akal adalah kunci bagi seseorang dalam memahami agama, membedakan antara kebenaran dan kebatilan, serta menjalani kehidupan dengan penuh kebijaksanaan.
Allah berulang kali menyebut dalam Al-Qur'an tentang pentingnya akal, seperti dalam firman-Nya:
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar: 42)
Ibnu Hibban mengingatkan bahwa seseorang yang tidak menggunakan akalnya dengan baik akan mudah terjerumus dalam kebodohan, hawa nafsu, dan kesesatan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk senantiasa berpikir, merenung, dan mencari kebenaran.
Hubungan Akal dan Iman
Dalam Islam, akal dan iman saling melengkapi. Akal yang sehat akan membawa seseorang kepada iman yang benar, sedangkan iman yang lurus akan menuntun akal agar tidak menyimpang. Ibnu Hibban menyebutkan bahwa akal adalah penjaga iman, dan orang yang berakal tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina.” (HR. Al-Hakim I/48, lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Sha-hiihah no. 1378)
Ibnu Hibban mengatakan bahwa kecintaan terhadap akhlak yang terpuji dan benci terhadap perilaku rendah itulah akal.
Dengan demikian, akal yang digunakan sesuai dengan petunjuk wahyu akan membawa manusia kepada kebenaran, sementara akal yang dibiarkan tanpa bimbingan akan tersesat dalam spekulasi yang tidak bermanfaat.
Keutamaan Ilmu dalam Islam
Ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Dalam Raudhatul Uqola, Ibnu Hibban menyebutkan bahwa ilmu adalah penerang kehidupan, sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang menyesatkan.
Allah berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Beberapa keutamaan ilmu menurut Ibnu Hibban:
- Ilmu adalah warisan para nabi – Para nabi tidak mewariskan harta, tetapi ilmu yang bermanfaat.
- Ilmu membimbing manusia kepada amal yang benar – Tanpa ilmu, seseorang bisa terjerumus dalam kebodohan dan kesesatan.
- Orang berilmu lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan manusia – Keutamaan ini diberikan kepada mereka yang belajar dan mengamalkan ilmunya.
Perbedaan Antara Orang Berilmu dan Orang Jahil
Ibnu Hibban menegaskan bahwa orang berilmu dan orang jahil memiliki perbedaan yang sangat besar. Ilmu memberikan cahaya dalam kehidupan, sedangkan kebodohan menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar: 9)
Seorang yang berilmu akan mampu bersikap bijak dalam mengambil keputusan, memahami ajaran agama dengan benar, dan tidak mudah tertipu oleh hawa nafsu maupun syubhat.
Kesimpulan
Kitab Raudhatul Uqola menegaskan bahwa akal dan ilmu adalah dua nikmat besar yang harus dimanfaatkan dengan baik. Akal yang sehat akan membawa manusia kepada ilmu, dan ilmu yang benar akan membimbing akal agar tidak menyimpang. Dengan memadukan keduanya, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang penuh kebijaksanaan dan berada di atas jalan kebenaran.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang menggunakan akal dan mencari ilmu dengan niat yang ikhlas karena Allah. Aamiin.