Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Sesungguhnya orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)
Dalam artikel ini, kita akan mengulas keteladanan dua ulama besar dalam menjaga akhlak mereka, yakni Imam Asy-Syafi’i dan Imam Abu Hanifah, sebagai pelajaran bagi kita semua dalam meneladani etika dalam menuntut ilmu.
1. Kesabaran dan Kelembutan Imam Asy-Syafi’i dalam Berdiskusi
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki keluasan ilmu dan kecerdasan luar biasa. Namun, selain keilmuannya, beliau juga memiliki kesabaran dan kelembutan luar biasa dalam berdiskusi.
Dikisahkan bahwa suatu hari ada seseorang yang berdebat dengan beliau dengan nada tinggi dan kasar. Imam Asy-Syafi’i tetap tenang dan tidak membalas dengan kekerasan. Beliau berkata:
"Aku tidak pernah berdebat dengan seseorang kecuali aku berharap agar Allah memberikan kebenaran melalui lisan orang itu."
Sikap ini menunjukkan bahwa bagi Imam Asy-Syafi’i, tujuan utama dalam diskusi bukanlah untuk menang, tetapi untuk mencari kebenaran dengan cara yang penuh adab. Beliau tidak pernah mengutamakan ego atau kepentingan pribadi dalam berdebat.
Pelajaran dari Imam Asy-Syafi’i:
2. Sikap Hormat dan Rendah Hati Imam Abu Hanifah terhadap Gurunya
Imam Abu Hanifah rahimahullah adalah seorang ulama besar yang dikenal dengan kecerdasannya dalam ilmu fikih. Namun, meskipun beliau memiliki kedudukan tinggi, sikapnya terhadap guru-gurunya tetap penuh dengan penghormatan dan rendah hati.
Dalam kitab Tabaqat Al-Fuqaha, disebutkan bahwa Imam Abu Hanifah sangat menghormati gurunya, Hammad bin Abi Sulaiman. Bahkan, beliau tidak pernah duduk di tempat gurunya di majelis ilmu, meskipun gurunya telah wafat.
Imam Abu Hanifah berkata:
"Aku tidak pernah membentangkan kakiku ke arah rumah guruku Hammad, meskipun jarak antara rumahku dan rumahnya masih beberapa jalan."
Sikap ini menunjukkan betapa dalamnya penghormatan beliau kepada guru yang telah mengajarinya ilmu. Dengan kerendahan hatinya, Imam Abu Hanifah mendapatkan keberkahan dalam ilmunya hingga menjadi salah satu imam madzhab terbesar dalam Islam.
Pelajaran dari Imam Abu Hanifah:
Kesimpulan: Akhlak yang Baik, Kunci Keberkahan Ilmu
Kisah-kisah di atas mengajarkan kepada kita bahwa adab lebih utama daripada sekadar kecerdasan dan wawasan. Kesabaran Imam Asy-Syafi’i dalam diskusi dan penghormatan Imam Abu Hanifah terhadap gurunya adalah bukti nyata bahwa ilmu akan semakin berkah jika disertai dengan akhlak yang mulia.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
"Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."
Maka, marilah kita meneladani para ulama dalam menjaga akhlak dalam menuntut dan menyebarkan ilmu, agar ilmu yang kita peroleh penuh dengan keberkahan. Allahumma aamiin.