Sejarah Dua Tanah Suci #1: Asal-Usul dan Keutamaan Kota Makkah

Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah

Makkah Al-Mukarramah adalah kota suci umat Islam yang memiliki sejarah panjang dan penuh keberkahan. Kota ini menjadi tempat kelahiran Rasulullah ﷺ dan berdirinya Ka’bah, kiblat umat Islam. Artikel ini akan mengupas asal-usul dan perkembangan Makkah berdasarkan dalil dari Al-Qur'an, hadits, serta kitab-kitab ulama Ahlussunnah wal Jamaah.

Asal-Usul Makkah: Dari Nabi Ibrahim hingga Suku Quraisy

1. Nabi Ibrahim dan Pendirian Ka’bah

Makkah pada awalnya adalah sebuah lembah tandus tanpa kehidupan. Sejarah kota ini dimulai ketika Nabi Ibrahim عليه السلام meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Ismail, di tempat ini atas perintah Allah. Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur'an:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami, agar mereka melaksanakan shalat." (QS. Ibrahim: 37)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengeluarkan air Zamzam dan menjadikan Makkah sebagai tempat yang ramai dikunjungi manusia. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4, hlm. 418)

2. Kedatangan Suku Jurhum dan Ismail

Setelah air Zamzam muncul, suku Jurhum dari Yaman datang dan meminta izin untuk menetap di Makkah. Ismail عليه السلام kemudian menikahi wanita dari suku ini. Ibnu Katsir dalam Al-Bidāyah wa An-Nihāyah menyebutkan bahwa keturunan Ismail berkembang hingga menjadi cikal bakal suku Quraisy. (Al-Bidāyah wa An-Nihāyah, Juz 1, hlm. 260)

3. Suku Quraisy dan Kemuliaan Makkah

Suku Quraisy, keturunan Fihr bin Malik, memperoleh kepemimpinan atas Makkah. Dalam Akhbār Makkah karya Al-Azraqī, disebutkan bahwa suku Quraisy memiliki tanggung jawab besar dalam memelihara Ka’bah dan mengurus jamaah haji. (Akhbār Makkah, hlm. 95)

Pembangunan dan Renovasi Ka’bah

Ka’bah telah mengalami beberapa kali renovasi sejak dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Rasulullah ﷺ sendiri terlibat dalam renovasi Ka’bah sebelum masa kenabiannya.

1. Pembangunan oleh Nabi Ibrahim

Allah berfirman:

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Al-Baqarah: 127)

2. Renovasi oleh Quraisy

Pada masa Rasulullah ﷺ, Ka’bah direnovasi akibat banjir besar yang merusaknya. Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Quraisy mengganti sebagian struktur Ka’bah tetapi tidak mengembalikan ke bentuk aslinya karena keterbatasan dana halal. 

يَا عَائِشَةُ، لَوۡ لَا أَنَّ قَوۡمَكِ حَدِيثُ عَهۡدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ، لَأَمَرۡتُ بِالۡبَيۡتِ فَهُدِمَ، فَأَدۡخَلۡتُ فِيهِ مَا أُخۡرِجَ مِنۡهُ، وَأَلۡزَقۡتُهُ بِالۡأَرۡضِ، وَجَعَلۡتُ لَهُ بَابَيۡنِ: بَابًا شَرۡقِيًّا وَبَابًا غَرۡبِيًّا، فَبَلَغۡتُ بِهِ أَسَاسَ إِبۡرَاهِيمَ

"Wahai ‘Aisyah, andai saja kaummu tidak dekat dengan masa jahiliah, pasti aku perintahkan agar Ka’bah dibongkar. Lalu aku masukkan apa saja yang dahulu dikeluarkan dari Ka’bah, aku akan jadikan (pintunya) rata dengan tanah, dan aku jadikan dua pintu padanya: pintu timur dan pintu barat. Sehingga dengan itu aku telah mengembalikannya di atas pondasi Nabi Ibrahim.” (HR. Bukhari, no. 1586)

3. Renovasi oleh Para Khalifah

Renovasi besar juga dilakukan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan Sultan Murad IV dari Kesultanan Utsmaniyah. Dalam Akhbār Makkah karya Al-Fākihī, disebutkan bahwa perubahan-perubahan ini bertujuan untuk memperkuat struktur Ka’bah. (Akhbār Makkah, hlm. 200)

Baca Juga Pengertian, Keutamaan, dan Hukum Haji & Umrah

Keutamaan Makkah dalam Islam

Makkah memiliki keutamaan khusus dalam Islam, baik dari sisi ibadah maupun kemuliaannya sebagai Tanah Haram.

1. Tanah yang Diharamkan untuk Peperangan

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ  الْقِيَامَةِ وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ

"Sesungguhnya tanah ini diharamkan Allah sejak terciptanya langit dan bumi. Maka negeri ini negeri haram, karena diharamkannya Allah hingga hari kiamat. Siapa pun tidak boleh berperang di negeri ini, baik orang yang sebelumku maupun aku sendiri, kecuali hanya satu saat di siang hari bagiku." (Shahih Muslim no.2412)

2. Pahala Berlipat Ganda

Shalat di Masjidil Haram memiliki pahala yang sangat besar. Rasulullah ﷺ bersabda:

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا اَلْمَسْجِدَ اَلْحَرَامَ , وَصَلَاةٌ فِي اَلْمَسْجِدِ اَلْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةٍ فِي مَسْجِدِي بِمِائَةِ صَلَاةٍ

"Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali daripada shalat di masjid lainnya, kecuali di Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali lipat." (HR. Ahmad, no. 14694)

3. Tempat yang Aman

Allah berfirman:

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْۗ 

"Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan (tanah suci) yang aman, sedangkan manusia di sekitarnya saling merampok?" (QS. Al-Ankabut: 67)

Kesimpulan

Sejarah Makkah menunjukkan bagaimana kota ini berkembang dari lembah tandus menjadi pusat peradaban Islam. Dengan keberadaan Ka’bah, air Zamzam, dan keutamaan Tanah Haram, Makkah menjadi tempat paling mulia di bumi.

Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita semua untuk mengunjungi tanah haram, meraih keutamaan dengan beribadah haji, umrah dan shalat dii Masjidil Haram. Aamiin.

Abu Muslim Ahmad

“Sederhana dalam (menjalankan) As-Sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam (melakukan) bid’ah.” Al-Ibanah 1/320 no. 161

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال