Allah Ta'ala berfirman:
فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملاً صالحاً
Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan mengenai makna amal saleh:
فالعمل الصالح هو : الخالي من الرياء ، المقيد بالسنة
"Maka amal saleh adalah amal yang bersih dari riya dan terikat dengan sunnah." (Bada’i At-Tafsir, 168)
Dari ayat dan perkataan ini, kita memahami bahwa ada dua syarat utama agar amal diterima di sisi Allah: keikhlasan dan ittiba’ (mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ).
1. Keikhlasan: Menghindari Riya dan Syirik
Keikhlasan adalah pondasi utama dalam setiap ibadah. Tanpa keikhlasan, amal tidak akan bernilai di sisi Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Riya adalah penyakit hati yang dapat merusak amal. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فسئل عنه، فقال: الرِّياءُ
Maka, setiap Muslim harus senantiasa memurnikan niat dalam ibadahnya agar hanya untuk Allah semata.
2. Ittiba’ Sunnah: Mengikuti Tuntunan Rasulullah ﷺ
Selain ikhlas, suatu amal juga harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah ﷺ. Dalam hadits, beliau bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Ini menunjukkan bahwa amal yang dilakukan harus memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak boleh seseorang beribadah dengan cara yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, karena itu termasuk bid’ah.
Kesimpulan
Agar amal diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, seorang Muslim harus memastikan dua hal:
- Keikhlasan, yaitu beribadah hanya untuk Allah dan menghindari riya.
- Ittiba’ Sunnah, yaitu memastikan amal sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya. Aamiin.