Amal Saleh: Antara Keikhlasan dan Ittiba’ Sunnah

Tafsir QS. Al Kahfi: 110

Setiap Muslim tentu mengharapkan pertemuan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari akhir. Namun, bagaimana cara agar amal yang kita lakukan diterima oleh-Nya? Dalam Al-Qur'an, Allah telah memberikan petunjuk yang jelas mengenai kriteria amal yang diterima.

Allah Ta'ala berfirman:

فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملاً صالحاً

"Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Rabb-nya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh." (QS. Al-Kahfi: 110)

Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan mengenai makna amal saleh:

فالعمل الصالح هو : الخالي من الرياء ، المقيد بالسنة

"Maka amal saleh adalah amal yang bersih dari riya dan terikat dengan sunnah." (Bada’i At-Tafsir, 168)

Dari ayat dan perkataan ini, kita memahami bahwa ada dua syarat utama agar amal diterima di sisi Allah: keikhlasan dan ittiba’ (mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ).

1. Keikhlasan: Menghindari Riya dan Syirik

Keikhlasan adalah pondasi utama dalam setiap ibadah. Tanpa keikhlasan, amal tidak akan bernilai di sisi Allah. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ

"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Riya adalah penyakit hati yang dapat merusak amal. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فسئل عنه، فقال: الرِّياءُ

"Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya'." (HR. Ahmad, no. 23630, dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Maka, setiap Muslim harus senantiasa memurnikan niat dalam ibadahnya agar hanya untuk Allah semata.

2. Ittiba’ Sunnah: Mengikuti Tuntunan Rasulullah ﷺ

Selain ikhlas, suatu amal juga harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah ﷺ. Dalam hadits, beliau bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amal tersebut tertolak." (HR. Muslim, no. 1718)

Ini menunjukkan bahwa amal yang dilakukan harus memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak boleh seseorang beribadah dengan cara yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, karena itu termasuk bid’ah.

Kesimpulan

Agar amal diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, seorang Muslim harus memastikan dua hal:

  1. Keikhlasan, yaitu beribadah hanya untuk Allah dan menghindari riya.
  2. Ittiba’ Sunnah, yaitu memastikan amal sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya. Aamiin.

Abu Muslim Ahmad

“Sederhana dalam (menjalankan) As-Sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam (melakukan) bid’ah.” Al-Ibanah 1/320 no. 161

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال