Tempat: Khutbah pada hari Jumat, 9 Ramadan 1446 H di Masjid As-Sa’idi, Al-Jahra.
Khutbah Pertama
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِينُهُ ونَسْتَغْفِرُهُ، ونَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، ومَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ( [آل عمران:102].
Amma ba'du:
Bulan Ramadan adalah musim kebaikan yang agung. Di bulan ini pahala amal shalih dilipatgandakan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Hati pun menjadi lebih siap dan giat untuk beribadah dibandingkan bulan lainnya.
Salah satu amalan terbaik yang bisa dilakukan di bulan Ramadan adalah membaca Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an di bulan ini memiliki keutamaan khusus, karena Allah menurunkan Al-Qur'an di bulan Ramadan. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Banyak ayat dan hadits yang mendorong kita untuk membaca Al-Qur'an. Di antaranya firman Allah:
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ غَفُورٌ شَكُورٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (QS. Fathir: 29-30)
Diriwayatkan dalam Shahihain, Rasulullah ﷺ bersabda:
مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترجة، ريحها طيب وطعمها طيب
"Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah utrujah (jeruk), aromanya harum dan rasanya manis."
Dalam Shahih Muslim, Rasulullah ﷺ juga bersabda:
اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه
"Bacalah Al-Qur'an! Karena sesungguhnya Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi para pembacanya."
Bahkan, dalam hadits lain disebutkan bahwa kaum yang berkumpul di rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur'an akan mendapatkan ketenangan, rahmat, dan disebut-sebut oleh Allah di hadapan para malaikat-Nya.
Maka di manakah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an? Di manakah mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan?
Para ulama salaf sangat memperbanyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadan. Jibril عليه السلام biasa mengulang bacaan Al-Qur'an bersama Rasulullah ﷺ setiap tahunnya di bulan Ramadan, bahkan pada tahun wafatnya beliau, Jibril mengulanginya dua kali. Imam Malik رحمه الله jika masuk bulan Ramadan, beliau meninggalkan majelis hadits dan ilmu, lalu fokus membaca Al-Qur'an. Demikian pula Imam Az-Zuhri رحمه الله yang berkata, "Bulan Ramadan hanyalah untuk membaca Al-Qur'an dan memberi makan orang-orang."
Adab dalam Membaca Al-Qur'an:
- Ikhlas karena Allah. Allah berfirman: "Berdoalah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama kepada-Nya." (QS. Ghafir: 14)
- Membaca dengan hati yang hadir dan penuh tadabbur.
- Membaca dalam keadaan suci dan berwudhu sebagai bentuk penghormatan terhadap Kalamullah.
- Membaca dengan tartil, tidak tergesa-gesa, sebagaimana firman Allah: "Bacalah Al-Qur'an dengan tartil." (QS. Al-Muzzammil: 4)
- Membaguskan suara. Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah tidak mendengar sesuatu seperti Dia mendengar seorang nabi yang melagukan Al-Qur'an dengan suara yang indah." (HR. Bukhari & Muslim)
- Melakukan sujud tilawah jika melewati ayat sajdah.
Maka, wahai hamba Allah, bersungguh-sungguhlah dalam membaca Al-Qur'an, terutama di bulan yang mulia ini.
Ya Allah, mudahkanlah kami dalam membaca dan mentadabburi kitab-Mu. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai penyejuk hati dan penerang jalan kami. Aamiin.
Barakallahu lii walakum fil Qur'anil 'Azhiim, wanafa'anii wa iyyakum bimaa fiihi minal aayaat wal dzikril hakiim.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
أما بعد:
فأوصيكم – عباد الله - ونفسي بتقوى الله تعالى؛ فإن تقوى الله خير الزاد ليوم المعاد.
Wahai hamba Allah!
Di antara amalan utama yang bisa mendekatkan seorang Muslim kepada Rabb-nya di bulan Ramadan adalah qiyamullail (shalat malam). Allah memuji mereka yang bangun malam untuk shalat:
والذين يبيتون لربهم سجداً وقياماً
"Dan orang-orang yang menghabiskan malam mereka dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka." (QS. Al-Furqan: 64)
تتجافى جنوبهم عن المضاجع يدعون ربهم خوفاً وطمعاً ومما رزقناهم ينفقون. فلا تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين جزاء بما كانوا يعملون
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena shalat malam), mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka tidak seorang pun mengetahui pahala besar yang disimpan untuk mereka sebagai balasan atas apa yang telah mereka lakukan." (QS. As-Sajdah: 16-17)
Rasulullah ﷺ bersabda:
أفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل
"Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda:
أيها الناس أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلُوا الأرحام، وصَلُّوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام
"Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari & Muslim)
Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim memperhatikan shalat tarawih dan menjaganya selama sebulan penuh. Nabi ﷺ adalah yang pertama kali mencontohkan shalat tarawih berjamaah, kemudian beliau meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan atas umatnya. Lalu, di zaman Umar bin Khattab رضي الله عنه, beliau menghidupkan kembali sunnah ini, dan kaum Muslimin terus menjalankannya hingga sekarang.
Bagi kaum wanita, diperbolehkan shalat tarawih di masjid jika aman dari fitnah. Namun, hendaknya mereka berhijab dengan sempurna, tidak memakai wewangian, serta tidak menampakkan perhiasan.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan keutamaan Ramadan dan istiqamah dalam kebaikan.
اللهم تقبل منا صيامنا وقيامنا، واغفر لنا ذنوبنا، إنك أنت الغفور الرحيم
Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Diterjemahkan di Ponorogo, 15 Ramadhan 1446
Abu Muslim Ahmad