Keteladanan Zuhud dan Kesederhanaan Para Ulama: Mencari Akhirat, Menjauhi Dunia

Ilustrasi ulama salaf yang hidup zuhud dan sederhana


Dalam kehidupan modern yang dipenuhi dengan gemerlap dunia, zuhud sering kali dipahami secara keliru. Ada yang menganggap zuhud berarti meninggalkan harta dan kehidupan dunia sepenuhnya, padahal dalam Islam, zuhud bukanlah menolak dunia, melainkan tidak menjadikannya sebagai tujuan utama. Para ulama salaf telah menunjukkan keteladanan dalam menjalankan zuhud, meskipun banyak di antara mereka yang memiliki kesempatan untuk hidup dalam kemewahan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan…" (QS. Al-Hadid: 20)

Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa kisah keteladanan ulama yang menjalani kehidupan zuhud sebagai wujud ketakwaan mereka.

1. Imam Ahmad bin Hanbal: Teguh Menolak Kemewahan

Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu ulama besar dalam Islam. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga integritas dan keikhlasan dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya. Meskipun memiliki kesempatan untuk hidup dalam kenyamanan, ia memilih hidup sederhana dan tidak bergantung pada hadiah atau bantuan dari penguasa.

Dalam kitab Manaqib al-Imam Ahmad karya Ibnul Jauzi, disebutkan bahwa Imam Ahmad menolak hadiah dari khalifah karena khawatir hal itu akan memengaruhi objektivitasnya dalam menyampaikan ilmu. Ia lebih memilih bekerja sendiri, bahkan pernah menjadi tukang jahit dan pembawa barang demi mencukupi kebutuhannya.

2. Abdullah bin Mubarak: Saudagar Dermawan yang Zuhud

Abdullah bin Mubarak adalah seorang ulama, ahli hadis, sekaligus saudagar sukses. Namun, kekayaannya tidak menjadikannya cinta dunia. Ia lebih banyak menggunakan hartanya untuk jihad, membantu para ulama, dan menolong orang miskin.

Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah mencatat bahwa Abdullah bin Mubarak membiayai banyak murid yang ingin menuntut ilmu tetapi kekurangan dana. Ia pernah berkata:

"Aku lebih suka menginfakkan hartaku untuk menolong orang lain daripada menikmatinya sendiri dalam kemewahan."

Baca Juga  Dunia dalam Pandangan Islam

3. Hasan Al-Bashri: Nasehat tentang Tipu Daya Dunia

Hasan Al-Bashri adalah seorang tabi’in yang dikenal dengan ketajaman nasehatnya. Ia selalu mengingatkan orang-orang agar tidak terperdaya oleh dunia. Ia pernah berkata:

"Dunia ini hanyalah bayangan, jika engkau mengejarnya, ia akan lari darimu. Jika engkau meninggalkannya, ia akan mengejarmu."

Dalam kitab Hilyatul Auliya karya Abu Nu'aim, disebutkan bahwa Hasan Al-Bashri menolak jabatan dan hadiah dari para penguasa karena takut hatinya terikat dengan dunia. Ia lebih memilih hidup sederhana dan fokus dalam beribadah.

Pelajaran yang Bisa Diambil

Dari kisah-kisah di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga:

1. Zuhud bukan berarti miskin, tetapi menempatkan dunia di tangan, bukan di hati.

2. Menjaga keikhlasan dalam mencari rezeki dan ilmu sangatlah penting.

3. Menggunakan harta untuk kebaikan lebih utama daripada menumpuknya untuk kepentingan pribadi.

4.  Menjauhi ketergantungan pada dunia, sehingga hati tetap bersih dan dekat dengan Allah.

Penutup

Zuhud bukan berarti menolak dunia, tetapi menggunakannya sebagai sarana untuk meraih akhirat. Para ulama telah menunjukkan bagaimana hidup dalam keseimbangan—memanfaatkan dunia, tetapi tidak terikat dengannya. Dalam kehidupan modern, kita bisa menerapkan zuhud dengan mengutamakan akhirat dalam setiap keputusan kita, serta tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidup.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

الزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيمِ الْحَلاَلِ وَلاَ إِضَاعَةِ الْمَالِ وَلَكِنَّ الزَّهَادَةَ فِى الدُّنْيَا أَنْ لاَ تَكُونَ بِمَا فِى يَدَيْكَ أَوْثَقَ مِمَّا فِى يَدَىِ اللَّهِ

"Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta. Zuhud adalah lebih percaya kepada apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tanganmu." (HR. At-Tirmidzi no. 2340)

Semoga kita bisa meneladani para ulama dalam menjalani kehidupan yang sederhana dan penuh berkah. Aamiin.

Abu Muslim Ahmad

Your

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال